Title: To Inyosh, with Love
Posted: Friday, June 3, 2011 @ 10:16 PM |
+ |
Aku punya kucing. Namanya Inyosh.


Inyosh.
Nama ini berawal dari bentuk mukanya. Saat kecil, dia memiliki hidung yang berbentuk seperti hidung babi. Jadilah muncul, Pignose. Keren, bukan? Tentu saja. Sebelum orang rumah mulai capek manggil namanya yang sok nginggris. "Pinyos, Pinyos.." "Inyos.. Inyos.." Nama Inyosh yang ditambahkan 'h' dibelakangnya hanyalah penambah supaya namanya sedikit lebih keren.
Inyosh disaat muda
Oh iya, selain hidungnya yang seperti babi, Inyosh juga memiliki taring yang gingsul. Cakil istilahnya. Oleh karena itulah dia juga kadang dipanggil Tonggos.
Selama hidupnya, Inyosh kekurangan kasih sayang. Entah kenapa, dia selalu takut untuk disentuh oleh manusia. Meski begitu, aku dapat melihat lewat sorot pandang matanya kalau dia ingin disayang.
Inyosh pernah menderita penyakit jamur. Hampir seluruh tubuhnya botak karena jamur. Hal itu membuat orang rumah tambah ragu untuk menyayangnya. Aku selalu kasihan padanya. Semua merasa kasihan. Inyosh adalah kucing yang dilahirkan dengan penuh cobaan dalam hidupnya.
Setelah lama menderita jamur, Inyosh akhirnya sembuh. Bulu-bulunya mulai tumbuh. Sejak itu, setiap aku melihatnya di sekitarku, aku selalu menyempatkan diri barang untuk mengelus kepalanya sejenak. Memang awalnya dia takut, tapi kemudia dia merasa senang setelah dibelai.
Kira-kira 2 minggu yang lalu, sesuatu terjadi pada Inyosh. Wajahnya tercakar kucing liar. Parah sekali. Aku sampai tidak tega melihatnya. Tapi tetap, aku menyayang kepalanya dan mencoba menghindari daerah yang luka. Hatiku sakit. Kenapa harus Inyosh lagi?
Beberapa hari yang lalu, keadaan Inyosh memburuk. Aku tidak tau bagaimana kronologis ceritanya karena aku jarang di rumah. Mata Inyosh yang sebelah kiri sudah tidak normal. Lukanya pun semakin parah. Aku tidak lagi membelainya. Jangankan membelai, melihat pun tidak berani. Kasihan sekali.
Kemarin, ia pergi. Pergi untuk selama-lamanya.
Kamis, 2 Juni 2011
Inyosh tergeletak di kandangnya. Nafasnya sudah tidak normal. Ibu pun sampai berteriak ketakutan dan sedih karena Inyosh tampak sudah mau mati. Badannya sudah tidak bisa ia gerakkan. Sedih sekali. Itu salah satu pemandangan paling mengerikan dalam hidupku. Tidak ada yang lebih tak menyenangkan dibanding melihat makhluk-Nya kesakitan. Semua keluarga berdoa supaya Inyosh cepat dipanggil. Bukan karena membencinya. Justru karena kami sayang padanya. Kami tidak mau Inyosh merasakan sakit yang terlalu lama.
16.00
Inyosh pergi. Keadaannya sungguh sangat tragis untuk diceritakan. Tapi setidaknya dia sudah tidak tersiksa lagi.
Dear Inyosh,
Maaf ya selama ini kami kurang memperhatikanmu, kurang menyayangimu. Maaf kalau kami tidak bisa mengurangi cobaan yang menimpamu selama ini. Mempeliharamu tapi tidak merawatmu dengan baik. Aku tidak tahu apakah hewan juga masuk surga dan neraka. Tapi kalau itu ada, aku berdoa semoga Allah memasukkanmu ke dalam surga. Karena selama ini kau sudah sabar dalam menghadapi cobaan hidupmu.
Maafkan kami, Inyosh. Kami mencintaimu :')
p.s. meski aku menulis ini dengan keyboard yang basah, tapi aku janji ini yang terakhir aku menangisimu :)
Labels: la vita é bella, sad