Title: Quality Time with Annisa Nur Hasanah & Aghnia Amalia ♡
Posted: Friday, June 24, 2011 @ 6:46 PM |
+ |
Oke, jadi hari ini adalah hari yang membahagiakan karena setelah berabad-abad akhirnya gue ketemu 2 gadis gahul indonesia! Ya, mereka adalah Annisa Nur Hasanah dan Aghnia Amalia. (Bagi elo yg baca ini dan ngga kenal, berarti lo yang gak gahul.)
Kita ketemua di depan Emax, karena pada awalnya saya dan anis memutuskan untuk ke Emax hanya untuk numpang main Tap Tap Revenge. Ketika saya sedang bercengkerama dengan Anis, tiba-tiba datanglah seorang gadis dengan kaos polos berwarna hijau dan celana pendek. Penampilannya yang seperti orang ngigo dan jalan sampe ke Amplas membuat saya dan anis pura-pura ngga kenal. Walaupun akhirnya dia mendatangi kami dan bilang kangen berat sama aku.
Kita akhirnya memutuskan untuk jadi anak paling gahul dan eksis di Jogja dengan memilih lunch di Tamansari dan duduk di kursi tengah. Lokasi eksis.
Saya akhirnya menjadi tumbal untuk menjadi yang pertama memilih makanan di sana. Setelah berkelit soal Nia yang umurnya baru menginjak 16 tahun selama 2 hari yg mengaku-aku memiliki pemikiran dewasa diumurnya yang muda ini, Anis yang sudah 17 tahun mengaku-ngaku walaupun dia sudah 17 tahun tapi dia tetap berjiwa muda, dan tentu saja saya yang umurnya ditengah-tengah mereka mengaku kalau saya adalah percampuran keduanya: berjiwa muda dan berpemikiran dewasa.
Setelah kami semua memesan makanan, kami mulai membicarakan banyak hal. Mulai dari gosip di sekolah, acara di sekolah, musik, sampai sinetron yang bikin termehek-mehek. Mulai dari penyanyi yg duet dengan Far East Movement dilagu Like a G6 yang gue baru tau kalo namanya itu Dev (tadinya gue pikir Dev itu penyanyi dari India, semacam Dev Patel mungkin?) sampai sinetron di salah satu stasiun tv indonesia yang adegannya nyanyi-nyanyi gak penting, curhat sambil gelantungan di tali yang mau jatuh ke jurang, sampe yang percakapannya di dubbing. Semua lengkap karena pengetahuan kita luas.
Tak lupa kita saling membicarakan satu sama lain, seperti misalnya pertanyaan Aghnia yang tepat sasaran seperti ini:
"Lo gimana? Masih suka ngga ngebalesin sms orang yang ngga ada tanda tanyanya?"
Sedetik hening, lalu gue cuman menjawab pertanyaannya itu dengan ledakan tawa.
Gue: "Kok lo bisa inget sih?"
Aghnia: "Ya jelas, men. Itu nempel banget di otak gue. Jadi tiap sms, harus ada tanda tanyanya."
Anis: "Jadi kalo ulang tahun gitu, smsnya 'Maul? Selamat ulang tahun?'"
Aghnia: "'Maul? Selamat ya?'"
Kami lalu bernostalgiagembira sepanjang siang menjelang sore itu. Tentang gosip jaman SMP, kekejaman gue pas SMP yang katanya lebih kejam dari Pare (hadihi fitnah. gue mungkin kejam, tapi dibanding Pare.. ngga lah yau.), Aghnia yang ngaku-ngaku tiap hari Rabu duduk sama gue pas kelas tiga (sesungguhnya Aghnia, aku sama sekali ngga inget.), dll.
Kami akhirnya beranjak dari Tamansari setelah menempelkan pantat indah kami selama hampir 3 jam di sana. Kami turun ke lantai Carrefour untuk mencari Tong Tji (solusi minum murah dikala haus.). Sampai Aghnia hilang...
Tapi sebelum itu, baru saja saat kita melewati daerah Tamansari, tiba-tiba Anis berkata:
Anis: "Eh itu bulenya ganteng banget!"
Gue: *mbatin* Bule? Maksud lo yg berkulit hitam itu?
Agnia: "Eh iya ganteng! Macho!"
Saat itu gue baru liat pria yang dimaksud adalah pria di depan sang bule berkulit hitam.
Gue: "Itu... bukannya artis ya? Anggota Dewa itu bukan?"
Aghnia: "T.. Tyo Nugros?!"
Gue: "Iya.. anggota Dewa." (sejujurnya gue gatau namanya, gue cuman tau dia anak Dewa 19)
Anis: "Hah?! Tyo Nugros?! Ganteng bangeet!! Balik lagi yuk!!"
Aghnia: "Ayuk balik lagi!"
Setelah berada di depan ekskalator..
Gue: "Mau balik lagi nih?"
Anis: "Balik ngga nih?"
Aghnia: "Balik ngga nih?"
Anis: "Nanti kalo balik kita kayak ababil"
Aghnia: "Yaudah, gausah balik. Eh tadi gue ngetweet, berarti gue ababil?"
Nah lanjut ke cerita Aghnia hilang.
Jadi pas gue sama Anis mau balik ke ekskalator, sebenernya kita udah merhatiin si Aghnia yang malah jalan lurus sendiri kayak anak ilang dan tidak memperhatikan kehadiran kami. Lalu kami ikuti dia, dia berjalan menuju Tong Tji yang belum kita temukan sebelumnya. Makanya gue pikir: Oh, jadi dia tuh daritadi merhatiin Tong Tji. Ternyata eh ternyata, pas kita susul, dia hilang. Beneran kerasa horor sih pas itu. Masalahnya selisih waktu kita nyusul dia itu pendek banget, gataunya dia udah ngilang aja. Akhirnya kita sms:
Gue: "Nangndi wee?"
Aghnia: "Lhaa dimana?"
Aghnia: "Gue di Tong Tji"
Tong Tji mana? secara gue sama anis ada di depan stand Tong Tji. Ternyata eh ternyata, dia ada di dalem Carrefour dong, datengin stand Tong Tji yang ada di dalem --"
Gue: "Lo ngapain disana?"
Aghnia: "Gatau juga."
Setelah puas mendapat segelas plastik Tong Tji, kita memutuskan untuk lebih mengeksiskan diri dengan nongkrong di depan amplas. Kita foto-foto pake kamera analognya Anis dan kebetulan anginnya lagi gak nyante waktu itu, jadi berasa pemotretan buat kalender 3000-an. Aghnia yang dengan pintarnya memotret tanpa memberi aba-aba, membuat kami kocar-kacir.
Saat kami sedang menemani Aghnia yang akan dijemput, ada anak kecil yang imut sedang bernyanyi dan menari di dekat kami. Kita sih ngeliatin aja. Lucu sih, abis diliatin juga bukannya malu, malah makin heboh kayaknya.
"Gak usah gitu juga kali ngeliatinnya, ul. Jangan tatap gadis imut itu dengan tatapan bengismu itu."
Hadihi fitnah. Ngga, gue ngga natap bengis kok. Gue senang. (pernyataan ini justru tambah menghancurkan image gue karena ternyata tatapan senang gue dinilai sbg tatapan bengis oleh orang lain.)
Jadi begitulah perjalanan (?) kami hari ini. Mau upload foto, tapi yang bawa si Aghnia sama Anis. It was a great time, anyway♡
P.S. Kebenaran cerita hanya diketahui oleh penulis dan tokoh yang ada di dalam cerita ini. Cerita di atas 98% kebenarannya.
Kita ketemua di depan Emax, karena pada awalnya saya dan anis memutuskan untuk ke Emax hanya untuk numpang main Tap Tap Revenge. Ketika saya sedang bercengkerama dengan Anis, tiba-tiba datanglah seorang gadis dengan kaos polos berwarna hijau dan celana pendek. Penampilannya yang seperti orang ngigo dan jalan sampe ke Amplas membuat saya dan anis pura-pura ngga kenal. Walaupun akhirnya dia mendatangi kami dan bilang kangen berat sama aku.
Kita akhirnya memutuskan untuk jadi anak paling gahul dan eksis di Jogja dengan memilih lunch di Tamansari dan duduk di kursi tengah. Lokasi eksis.
Saya akhirnya menjadi tumbal untuk menjadi yang pertama memilih makanan di sana. Setelah berkelit soal Nia yang umurnya baru menginjak 16 tahun selama 2 hari yg mengaku-aku memiliki pemikiran dewasa diumurnya yang muda ini, Anis yang sudah 17 tahun mengaku-ngaku walaupun dia sudah 17 tahun tapi dia tetap berjiwa muda, dan tentu saja saya yang umurnya ditengah-tengah mereka mengaku kalau saya adalah percampuran keduanya: berjiwa muda dan berpemikiran dewasa.
Setelah kami semua memesan makanan, kami mulai membicarakan banyak hal. Mulai dari gosip di sekolah, acara di sekolah, musik, sampai sinetron yang bikin termehek-mehek. Mulai dari penyanyi yg duet dengan Far East Movement dilagu Like a G6 yang gue baru tau kalo namanya itu Dev (tadinya gue pikir Dev itu penyanyi dari India, semacam Dev Patel mungkin?) sampai sinetron di salah satu stasiun tv indonesia yang adegannya nyanyi-nyanyi gak penting, curhat sambil gelantungan di tali yang mau jatuh ke jurang, sampe yang percakapannya di dubbing. Semua lengkap karena pengetahuan kita luas.
Tak lupa kita saling membicarakan satu sama lain, seperti misalnya pertanyaan Aghnia yang tepat sasaran seperti ini:
"Lo gimana? Masih suka ngga ngebalesin sms orang yang ngga ada tanda tanyanya?"
Sedetik hening, lalu gue cuman menjawab pertanyaannya itu dengan ledakan tawa.
Gue: "Kok lo bisa inget sih?"
Aghnia: "Ya jelas, men. Itu nempel banget di otak gue. Jadi tiap sms, harus ada tanda tanyanya."
Anis: "Jadi kalo ulang tahun gitu, smsnya 'Maul? Selamat ulang tahun?'"
Aghnia: "'Maul? Selamat ya?'"
Kami lalu bernostalgiagembira sepanjang siang menjelang sore itu. Tentang gosip jaman SMP, kekejaman gue pas SMP yang katanya lebih kejam dari Pare (hadihi fitnah. gue mungkin kejam, tapi dibanding Pare.. ngga lah yau.), Aghnia yang ngaku-ngaku tiap hari Rabu duduk sama gue pas kelas tiga (sesungguhnya Aghnia, aku sama sekali ngga inget.), dll.
Kami akhirnya beranjak dari Tamansari setelah menempelkan pantat indah kami selama hampir 3 jam di sana. Kami turun ke lantai Carrefour untuk mencari Tong Tji (solusi minum murah dikala haus.). Sampai Aghnia hilang...
Tapi sebelum itu, baru saja saat kita melewati daerah Tamansari, tiba-tiba Anis berkata:
Anis: "Eh itu bulenya ganteng banget!"
Gue: *mbatin* Bule? Maksud lo yg berkulit hitam itu?
Agnia: "Eh iya ganteng! Macho!"
Saat itu gue baru liat pria yang dimaksud adalah pria di depan sang bule berkulit hitam.
Gue: "Itu... bukannya artis ya? Anggota Dewa itu bukan?"
Aghnia: "T.. Tyo Nugros?!"
Gue: "Iya.. anggota Dewa." (sejujurnya gue gatau namanya, gue cuman tau dia anak Dewa 19)
Anis: "Hah?! Tyo Nugros?! Ganteng bangeet!! Balik lagi yuk!!"
Aghnia: "Ayuk balik lagi!"
Setelah berada di depan ekskalator..
Gue: "Mau balik lagi nih?"
Anis: "Balik ngga nih?"
Aghnia: "Balik ngga nih?"
Anis: "Nanti kalo balik kita kayak ababil"
Aghnia: "Yaudah, gausah balik. Eh tadi gue ngetweet, berarti gue ababil?"
Nah lanjut ke cerita Aghnia hilang.
Jadi pas gue sama Anis mau balik ke ekskalator, sebenernya kita udah merhatiin si Aghnia yang malah jalan lurus sendiri kayak anak ilang dan tidak memperhatikan kehadiran kami. Lalu kami ikuti dia, dia berjalan menuju Tong Tji yang belum kita temukan sebelumnya. Makanya gue pikir: Oh, jadi dia tuh daritadi merhatiin Tong Tji. Ternyata eh ternyata, pas kita susul, dia hilang. Beneran kerasa horor sih pas itu. Masalahnya selisih waktu kita nyusul dia itu pendek banget, gataunya dia udah ngilang aja. Akhirnya kita sms:
Gue: "Nangndi wee?"
Aghnia: "Lhaa dimana?"
Aghnia: "Gue di Tong Tji"
Tong Tji mana? secara gue sama anis ada di depan stand Tong Tji. Ternyata eh ternyata, dia ada di dalem Carrefour dong, datengin stand Tong Tji yang ada di dalem --"
Gue: "Lo ngapain disana?"
Aghnia: "Gatau juga."
Setelah puas mendapat segelas plastik Tong Tji, kita memutuskan untuk lebih mengeksiskan diri dengan nongkrong di depan amplas. Kita foto-foto pake kamera analognya Anis dan kebetulan anginnya lagi gak nyante waktu itu, jadi berasa pemotretan buat kalender 3000-an. Aghnia yang dengan pintarnya memotret tanpa memberi aba-aba, membuat kami kocar-kacir.
Saat kami sedang menemani Aghnia yang akan dijemput, ada anak kecil yang imut sedang bernyanyi dan menari di dekat kami. Kita sih ngeliatin aja. Lucu sih, abis diliatin juga bukannya malu, malah makin heboh kayaknya.
"Gak usah gitu juga kali ngeliatinnya, ul. Jangan tatap gadis imut itu dengan tatapan bengismu itu."
Hadihi fitnah. Ngga, gue ngga natap bengis kok. Gue senang. (pernyataan ini justru tambah menghancurkan image gue karena ternyata tatapan senang gue dinilai sbg tatapan bengis oleh orang lain.)
Jadi begitulah perjalanan (?) kami hari ini. Mau upload foto, tapi yang bawa si Aghnia sama Anis. It was a great time, anyway♡
P.S. Kebenaran cerita hanya diketahui oleh penulis dan tokoh yang ada di dalam cerita ini. Cerita di atas 98% kebenarannya.
Labels: friends, la vita é bella